Friday 4 May 2012

Pemenang [EVENT] Lomba Menulis Essay Online Spesial Hari Guru


Originally Posted by kongming88 View Post
sang pembeda

di barisan belakang ia duduk, tenang tak bersuara. Namun matanya siaga. Ia menatap seorang kulit putih, dua baris didepannya, arah jam 10. Si kulit putih berbalik, dari bibirnya terlihat ia mengucapkan sesuatu. Jawal, orang yang telah lama memperhatikannya sejak tadi tiba-tiba melesat ke tempat orang putih tadi dan dengan tenaganya yang besar, mendorongnya. Gambaran kerusuhan yang sering diliput di televisi akhirnya terjadi di ruang kelas tersebut. Erin gruwell, seorang guru baru, ditempatkan dalam situasi tersebut. Sebuah mission impossible telah diperolehnya. Namun demikian setahap demi setahap ia melakukan serangkaian usaha menakjubkan. Banyak pengorbanan yang ia lakukan, termasuk mengorbankan waktu dengan tunangannya. Sekarang, cerita mengenai perubahan luar biasa yang terjadi dalam kelas itu tertuang dalam “freedom writers”, buku yang mengubah dunia dan diterjemahkan lebih dari 7 bahasa, karangan murid-muridnya yang dulunya “berandalan”.

Ketika saya membaca cerita ini, adalah pa harris, yang muncul di benak saya. Seorang guru matematika berumur 50 tahunan saat itu. Ia seorang yang sangat taat dalam agama, tubuhnya terbilang kurus, berkaca-mata, dan tentu saja jenius matematika. Benar, tugas yang diembannya pasti lebih ringan dari erin gruwell. Namun situasi sekolah dan kelas saya tidak bisa dibilang baik. Beberapa siswa akan menjadi hebat dan berpengaruh, namun lebih banyak lagi siswa saat itu yang akan membuat orang tua mereka merasa sedih.

Satu hal yang terlihat di kelas saya; kelompok-kelompok terdiri dari 3-5 orang terbentuk di kelas. Masing-masing kelompok ini memiliki “budaya” mereka sendiri. Kelompok yang pintar dan alim adalah yang terbaik. Mereka adalah kelompok yang spesial, terlindung, dan disukai oleh semua guru. Sayangnya, keberadaan mereka tidaklah lebih dari satu.

Yang lain adalah kelompok yang tinggi dan kuat, yang dengan mudah memukul dan mengancam anak yang lemah. Kelompok yang lain selalu asyik mengobrol satu sama lain; bagaimana progress mereka menaikkan level karakter dalam suatu game online. Kelompok yang lain lagi selalu memiliki sesuatu untuk bahan ejekan. “mau kita apakan si “x” itu? A. Dibunuh b. Ditelanjangi c. Dihajar d. Diludahi “ terlepas dari kesungguhan tindakannya, sebuah survey yang ekstrim pernah dibuat oleh kelompok ini. Ringkasnya, kelompok-kelompok ini memiliki prestasi akademik yang kurang memuaskan dan moral yang kurang baik.

Pa harris lah sang pembeda. Ia mengajar dengan antusiasme yang penuh. Ia mampu memenuhi keinginan bagi setiap siswa yang “lapar” akan konsep dan latihan matematika. Ia tidak pernah kehabisan bahan untuk diberikan. Ketika pernah suatu hari, empat kelas kosong, ia siap mengisinya walaupun ia harus naik turun tiga lantai. “buka buku matematika!” serunya kala itu. Sebagian anak senang dengan pelajaran tambahan tersebut, namun sebagian lagi tidak.

Saya termasuk anak yang “sakit” pada waktu itu. Saya tidak senang dengan pelajaran tambahan itu. Saya sering dijahili. Saya tidak punya motivasi untuk belajar. Saya tidak suka sekolah dan nilai saya termasuk dalam kategori yang terburuk di kelas. Mungkin tidak ada masa depan bagi saya untuk tetap bersekolah. Orang tua saya adalah satu-satunya alasan mengapa saya bertahan.

Segalanya berubah ketika saya mulai tergerak oleh keberadaan pa harris. Ia selalu percaya pada kemampuan saya walaupun nilai-nilai saya jelek. Ia percaya pada kemampuan setiap anak di kelas. Latihan-latihan soal ia berikan, dan walaupun ia menulis penjelasan secepat kilat, ia selalu bersedia untuk menjelarkan dengan sabar bagi anak yang belum paham. Sering pula ia membagikan kisah hidupnya. Dengan kata-katanya, ia mencoba mempersatukan kelas. Bila matematika adalah jam terakhir, doa pulang sekolahnya seolah menyemburkan api semangat yang besar setelah kami lapuk dan lemas akibat pelajaran sepanjang hari.

Pengaruh keberadaanya dalam hidup saya semakin besar. Saya mulai mencoba untuk belajar. Semangat yang ia miliki mempengaruhi semangat saya bukan hanya untuk belajar matematika, tetapi beberapa pelajaran yang lain. Hubungan pertemanan saya mulai membaik. Saya mulai bisa mendapatkan bahan-bahan omongan positif untuk dibicarakan.dan yang terpenting, saya mulai menyukai sekolah.

Hari itu adalah hari penanda perubahan saya. Pa harris membagikan hasil ulangan. Ia memanggil nama saya. Ia tersenyum. Sementara seisi kelas tercengang, mengetahui panggilan tersebut menandakan bahwa saya termasuk lima besar dengan nilai tertinggi. Kemudian teman-teman bertepuk tangan. Saya bahagia pada hari itu. Saya bahagia bukan karena nilai yang saya dapat. Saya bahagia karena saya tahu saya telah berubah. Hari itu bukan akhir perjalanan usaha saya dalam belajar. Justru hari itu adalah permulaan, dimana saya mendapatkan kepercayaan diri yang utuh. Kepercayaan diri inilah yang merupakan sesuatu yang paling bernilai dan kemudian merubah kehidupan saya seluruhnya.

Sekarang, saat saya menulis ini, saya tengah merasakan atmosfir dimana pa harris sering berada. Harapan besar yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Cita-cita yang akan ditertawakan oleh semua orang ketika saya menceritakannya 5 tahun lalu. Namun disinilah saya berada. Saya berada dalam satu ruang besar dengan lebih dari 80 meja guru. Saya berada dekat dengan pemikir-pemikir muda dengan pakaian yang seragam. Saya memasuki suatu ruang, dengan papan tulis, spidol, dan beberapa alat komputer; ruang dimana saya bisa melakukan hal yang besar bagi para pemikir muda tersebut. Ruang dimana saya bisa melakukan apa yang pa harris lakukan; menjadi sang pembeda.

No comments: