Friday 4 May 2012

Pemenang [EVENT] Lomba Menulis Essay Online Spesial Hari Guru

Originally Posted by zawjane

guruku: Oase di tengah gurun

suatu sore, sepulang mengajar dari tempat kerja yang jaraknya kurang lebih 70 km dari rumah, aku melihat guruku sewaktu sma sedang berdiri di samping sebuah mesjid. Aku pun menghentikan sepeda motor dan kemudian menghampiri guru tersebut. Beliau pun tersenyum, mengingatkanku akan cara mengajar dan mendidiknya kurang lebih 15 tahun lalu. Lebih kaget lagi ketika dia menyapa dengan menyebut namaku. Subhanallah, beliau masih ingat namaku, padahal usianya sudah beranjak senja dan juga sudah sangat lama kita tidak berkomunikasi.

Pembicaraan singkat pun berlangsung. Beliau menanyakan profesiku sekarang dan juga tempat kerjaku. Saya pun menjawabnya seraya memohon doa beliau semoga aku dan keluargaku berada dalam keadaan sehat dan sejahtera. Beliau pun mengamininya. Beliau juga menyarankanku untuk kembali melanjutkan studiku, dengan alasan bahwa aku masih muda dan memiliki potensi untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Beliau masih tetap memberikan motivasi kepadaku meski kita sudah jarang bertemu. Aku pun mohon pamit kepada beliau untuk melanjutkan perjalanan pulang.

Di sisa perjalanan pulang itulah, aku teringat akan guru yang baru kutemui ini. Betapa tidak, beliau adalah guru favoritku selama di sma. Beliau selalu datang lebih awal dari murid-muridnya, padahal jarak dari rumahnya ke sekolah sekitar 40 km. Beliau menumpang angkutan umum setiap hari untuk melaksanakan tugas sucinya itu. Meski demikian, aura kelelahan tidak pernah nampak di wajahnya.

Beliau mengajar bidang studi geografi waktu itu. Pada masa itu, pelajaran inilah yang paling dinantikan. Mengapa? Karena gurunya memang sangat mengagumkan. Selain dari sisi keteladanan yang memang layak ditiru dalam kedisiplinan dan ketegasan, beliau juga sangat menguasai pelajaran yang akan diajarkan kepada murid-muridnya. Beliau jarang sekali membawa buku paket ketika mengajar. Yang paling membuat kita sebagai muridnya merasa takjub dan menaruh rasa hormat yang tinggi adalah kemampuannya untuk menggambar peta buta dengan cepat dan persis dengan peta-peta di dalam atlas.

Suatu ketika, pernah ada latihan menunjukkan lokasi di peta buta yang beliau gambar. Salah seorang temanku disuruh ke depan untuk menunjukkan benua afrika. Ketika temanku sudah di depan papan tulis, ia malah menunjukkan salah satu samudera. Kontan, semua teman-temanku tertawa. Namun, guruku yang satu ini malah tidak menertawakannya, namun mencoba membantu temanku itu untuk menunjukkan kembali benua afrika. Ternyata, meski guruku ini bertampang sangar dan sangat disegani siswanya, beliau juga adalah guru yang bijak. Guru yang tidak pernah menertawakan dan menghina kemampuan siswanya.

Ketika aku sudah lulus dari sma itu, aku pernah mendengar bahwa guru geografi yang satu ini mendapatkan predikat guru teladan. Semua orang sepakat bahwa guru tersebut memang layak mendapatkan penghargaan tersebut. Integritas seorang guru sangat beliau kedepankan. Keteladanan merupakan hal yang beliau contohkan tanpa harus menyalahkan orang lain. Kecerdasan mengajar adalah hal yang beliau utamakan untuk mencerdaskan peserta didiknya. Aku pernah mendengar bahwa ijazah keguruan beliau bukanlah untuk mengajar geografi, namun ilmu agama islam. Tidak mengherankan bila beliau mampu mengajar berbagai bidang termasuk bahasa arab dan ilmu-lmu agama lainnya.

Pak abdullah, itulah nama guru yang menjadi pengantar cerita dalam catatan singkat ini. Beliau tinggal di sebuah desa di daerah cianjur selatan. Setiap kali aku pergi dan pulang ke tempat kerja, rumahnya senantiasa kulewati. Rumah itulah yang sering mengingatkanku akan beliau. Rumah itu pula yang menjadi pemompa semangat dan motivasiku bila diri tengah dilanda kejenuhan dalam menekuni profesi sebagai seorang guru. Karena di rumah itulah, tinggal seorang guru yang begitu kuat, tangguh, pantang mengeluh, cerdas, taat, tegas, dan mampu mengemban misi seorang guru sebagai pengajar sekaligus pendidik. Bukan hanya ilmu yang beliau transferkan, tetapi yang lebih penting dari itu beliau mewariskan karakter dan integritas yang sekarang sudah mulai jarang kita temukan.

Pak abdullah, sesosok guru yang menjadi oase di tengah gersangnya dunia pendidikan kita. Beliau sudah sangat fokus dan kompeten jauh sebelum uu tentang guru dan dosen digulirkan. Beliau tidak memikirkan seberapa besar tunjangan yang akan beliau peroleh, ketika beliau mengajar dengan proporsional dan profesional, karena memang pada saat itu belum ada tunjangan sertifikasi. Beliau adalah teladan bagi kami sebagai murid-muridnya. Ketangguhan dan keuletannya membersitkan semangat bahwa menjadi guru harus pantang mengeluh dan terus berkarya tanpa berharap tanda jasa. Pak abdullah adalah salah seorang guru yang begitu menghayati pesan bapak pendidikan indonesia, ki hadjar dewantara: Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. (di depan menjadi teladan, di tengah membangkitkan semangat, dari belakang mendukung).

Tak terasa, sudah hampir tujuh tahun aku menekuni profesi sebagai guru. Sebelumnya, ketika menjalani masa kuliah, aku sudah tegaskan bahwa profesi guru bukan menjadi cita-citaku yang utama. Aku lebih memilih ingin menjadi penerjemah dan profesi lainnya yang berkaitan dengan dunia penulisan. Namun, ketika ijazah sarjana kuterima, ibuku tercinta memberiku saran untuk kembali menjadi guru. Apa mau dikata, yang namanya saran dari orang tua, apalagi ibu, adalah perintah suci yang harus kutunaikan. Akhirnya kuikuti juga seleksi cpns guru 7 tahun silam. Meski formasi yang tersedia hanya untuk satu orang pelamar umum, aku memberanikan diri saja untuk mengikuti testing tersebut. Aku mengikuti testing hanya untuk berusaha membahagiakan kedua orang tuaku yang memang keduanya berprofesi sebagai pendidik. Dan ternyata, allah memang berkehendak lain. Aku ditakdirkan lulus menjadi salah seorang guru dan ditempatkan di daerah selatan.

Pada saat aku memperoleh sk penempatan tugas, aku langsung memberikannya kepada orang tua. Ayah dan ibuku tidak langsung menyetujui sk tersebut. Ayahku sampai berkata, “tunggu hasil istikharah dulu ya”. Mungkin kedua orang tuaku beranggapan bahwa penempatan ke daerah selatan akan lebih menjauhkanku dari keduanya. Padahal kedua orang tuaku sangat menginginkan aku lebih banyak di kampung halaman untuk membantu keduanya. Keesokan harinya, ayahku mengatakan, “ambil saja surat tugas kerjamu itu, semoga allah melindungimu senantiasa”. Aku pun berangkat dengan semangat diiringi doa orang tua yang dahsyat. Tujuh puluh kilometer terbentang di hadapan, menanti ketekunan dan keikhlasan guna perjuangan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Akhirnya, aku resmi juga menjadi salah seorang guru. Aku mulai bersentuhan dengan dunia pendidikan yang sesungguhnya, setelah sebelumnya hanya tergelar dalam dunia teoretis yang begitu melangit. Aku ditempatkan di sekolah yang baru berkembang kala itu. Tantangan terbesar yang kuhadapi adalah bagaimana mengubah perilaku belajar siswa baik secara akademis maupun etis. Belum lagi latar belakang keluarga mereka yang lebih dari setengahnya memiliki masalah yang cukup serius. Daerah selatan merupakan salah satu lumbung penyalur tenaga kerja indonesia yang secara tidak langsung memiliki dampak yang signifikan terhadap proses perkembangan belajar peserta didik. Betapa tidak, sebagian besar siswa jarang mendapatkan perhatian dari orang tua mereka, karena salah satu dari kedua orangtuanya berada di luar negeri. Hal inilah yang akhirnya mendorong kita sebagai guru mereka berperan ganda, sebagai guru juga orang tua mereka. Pendekatan psikologis akhirnya menjadi salah satu pendekatan efektif dalam meningkatkan kualitas belajar mereka.

Lagi-lagi, pak abdullah menjadi patron dalam hal ini. Bagaimana kita harus menjadi teladan bagi siswa dengan menjaga integritas kita sebagai seorang guru. Bagaimana juga kita harus tetap dekat dengan siswa meski kita harus tegas dan disiplin dalam mengajar dan mendidik mereka. Cara efektif yang aku teladani dari pak abdullah dalam menumbuhkan motivasi para siswanya adalah dengan cara mengenali mereka, mengenali latar belakang mereka, dan mencoba mencarikan solusi untuk masalah-masalah yang mereka hadapi. Inilah yang selalu kulakukan agar siswa senantiasa termotivasi untuk meningkatkan kualitas diri mereka.

Mengenang pak abdullah adalah mengenang guru terbaik yang pernah kukenal dalam hidup. Mengenang beliau adalah memaknai keikhlasan, ketulusan dan kesabaran seorang guru yang sangat diperlukan untuk menghadapi segala kondisi zaman. Mengenang beliau berarti juga menghadirkan sosok guru yang begitu didambakan dunia pendidikan kita. Mengenang beliau menyemburatkan kembali energi positif yang harus dimiliki siapa pun yang ingin berprofesi sebagai guru. Ketika berbagai tunjangan mulai mengalir deras ke saku para guru saat ini, pak abdullah tengah asyik menyiangi rumput di sekitar mesjid dekat rumahnya, mengabadikan pengabdian yang nirbatas pada sang pencipta, sebagai bentuk totalitas utuh seorang hamba.

Terima kasih pak abdullah, namamu memang menyiratkan makna sejatinya sebagai hamba allah. Terima kasih pak abdullah, aku sangat yakin bahwa allah akan menerima pengabdianmu selama menjadi guru, karena sosokmu adalah teladan bagiku. Hal itu juga menandakan bahwa ilmu yang engkau wariskan mengandung keberkahan yang super dan energi yang dahsyat, mengantarkan siapa pun yang gelap akan dunia ke gerbang pencerahan yang terang dan menerangi. Beribu ucapan terima kasih dariku dan semua muridmu, takkan sanggup mengimbangi keringat perjuanganmu sebagai seorang guru selama puluhan tahun engkau mengabdi. Akhirnya hanya allah jua yang layak membalas setiap tetes keringat perjuanganmu, dan hanya surga jua yang menjadi tempat paling layak untukmu. Dan semoga setiap guru di penjuru negeri ini dapat meneladanimu sebagai salah seorang guru terbaik yang pernah dilahirkan bumi pertiwi. Semoga.

No comments: