Selama kita KKN di gununghalu,,tepatnya paratag, chef kita adalah Nina Rosalinan AKA Ai...
beberapa masakannya seperti
TUMIS KANGKUNG SUNDANESE
BROKOLI DAGING SAUS LADA HITAM
TAHU SAMBAL SANTAN
TAHU LADA HITAM KENTANG JAMUR SAUS TIRAM
UDANG CAH CABAI HIJAU
Untuk resep Kue,, satu diantaranya adalah,,
Kue Talas Goreng Saus Bawang Putih
dan masih banyak lagi menu menu dan resep yang telah disajikan. Anda penasaran dan ingin tahu cara pembuatannya??
langsung saja download resep dan cara pembuatan di link ini
4.Mengembangkan bahasa dan komunikas lebih efektif
5.Exposure pada buku, seni, dan permainan yang tidak tersedia di rumah
6.Bertemu dan belajar dengan anak lainnya
7.Mempraktekan penggunaan tubuh secara efektif
8.Meningkatkan kemampuan motorik
9.Menikmati kebebasan beraktivitas pada tempat yang sesuai dengan usianya
10.Menjadi lebih dekat dan penuh kehangatan dengan orang dewasa di luar rumah
Alasan yang buruk memasukan anak ke PAUD
1.Setiap orang melakukannya
2.Anak kurang disiplin atau memiliki masalah
3.Anak menjadi lebih cepat menguasai akademik pada saat TK
4.Anak terlalu lekat dengan orangtua
5.Anak sudah bisa calistung saat akan memasuki SD
PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK Dgn PEMBELAJARAN KELOMPOK BERMAIN
Hasil penelitian di bidang neurologi yang dilakukan Benyamin S. Bloom, seorang ahli pendidikan dari Universitas Chicago, Amerika Serikat (Diktentis, 2003: 1), mengemukakan bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0 – 4 tahun mencapai 50%, hingga usia 8 tahun mencapai 80%.
masa kanak-kanak dari usia 0 – 8 tahun disebut masa emas (Golden Age) yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia sehingga sangatlah penting untuk merangsang pertumbuhan otak anak dengan memberikan perhatian terhadap kesehatan anak, penyediaan gizi yang cukup, dan pelayanan pendidikan.
Menurut Prof. Dr. Sukarni Catur Utami Munandar, Dipl-Psych., anak berumur 3-5 tahun, memerlukan pengasuhan dan bimbingan yang baik agar muatan kreativitasnya dapat diberdayakan secara optimal. Pada skala umur ini, anak mudah menyerap segala informasi yang ada di sekitarnya.
Diungkapkan oleh Munandar (2004: 94) bahwa penelitian menunjukkan hubungan yang erat antara sikap bermain dan kreativitas. Namun, jelas Froebel (Patmonodewo, 2003: 7), bermain tanpa bimbingan dan arahan serta perencanaan lingkungan di mana anak belajar akan membawa anak pada cara belajar yang salah atau proses belajar tidak akan terjadi.
Kuncinya adalah pada permainan atau bermain (Supriadi, 2002: 40). Permainan atau bermain adalah kata kunci pada pendidikan anak usia dini. Ia sebagai media sekaligus sebagai substansi pendidikan itu sendiri. Dunia anak adalah dunia bermain, dan belajar dilakukan dengan atau sambil bermain yang melibatkan semua indra anak.
Supriadi (2001: 7) menyimpulkan bahwa pada intinya kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Ciri-ciri kreativitas dapat ditinjau dari dua aspek yaitu:
Aspek Kognitif
Ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif//divergen (ciri-ciri aptitude) yaitu:
Ciri-ciri kreativitas yang lebih berkaitan dengan sikap dan perasaan seseorang (ciri-ciri non-aptitude) yaitu:
(1)rasa ingin tahu;
(2)bersifat imajinatif/fantasi;
(3)merasa tertantang oleh kemajemukan;
(4)sifat berani mengambil resiko;
(5)sifat menghargai;
(6)percaya diri;
(7)keterbukaan terhadap pengalaman baru; dan
(8)menonjol dalam salah satu bidang seni (Williams & Munandar, 1999).
FAKTOR PENDORONG KREATIVITAS ANAK
Hurlock (1999: 11) mengemukakan beberapa faktor pendorong yang dapat meningkatkan kreativitas, yaitu:
(1) waktu,
(2) kesempatan menyendiri,
(3) dorongan,
(4) sarana,
(5) lingkungan yang merangsang,
(6) hubungan anak-orangtua yang tidak posesif,
(7) cara mendidik anak,
(8) kesempatan untuk memperoleh pengetahuan.
FAKTOR- FAKTOR YANG DAPAT MEMATIKAN KREATIVITAS ANAK
Amabile (Munandar, 2004: 223) mengemukakan empat cara yang dapat mematikan kreativitas yaitu evaluasi, hadiah, persaingan/kompetisi antara anak, dan lingkungan yang membatasi. Sementara menurut Torrance dalam Arieti yaitu:
(1) usaha terlalu dini untuk mengeliminasi fantasi;
(2) pembatasan terhadap rasa ingin tahu anak;
(3) terlalu menekankan peran berdasarkan perbedaan seksual;
(4) terlalu banyak melarang;
(5) takut dan malu;
(6) penekanan yang salah kaprah terhadap keterampilan verbal tertentu; dan
(7) memberikan kritik yang bersifat destruktif (Adhipura, 2001: 46).
LINGKUNGAN KELUARGA YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI BELAJAR ANAK
Suatu lingkungan keluarga baru dapat dikatakan berusaha memenuhi tuntutan motivasi belajar, apabila keluarga tersebut dapat mengadakan lingkungan yang kaya stimulasi mental dan intelektual, dengan mengusahakan suatu suasana dan sarana belajar yang memberikan kesempatan kepada anak secara spontan dapat menyatakan dan memerhatikan diri terhadap berbagai kejadian di dalam lingkungannya. ( Conny Semiawan)
PERAN ORANG TUA
Pendidikan keluarga adalah wahana yang mendasar untuk meningkatkan bentuk yang lebih harmonis dari perkembangan manusia. Oleh karenanya, selayaknya kehidupan keluarga menjadi kepedulian semua pihak, pemerintah dan masyarakat. Kesadaran tentang hal ini akan membawa kehidupan masyarakat kepada suatu taraf yang menjadikan keluarga pilar yang menentukan bagi kemajuan umatnya. (disadur dari buku “Penerapan Pembelajaran Pada Anak” Conny R. Semiawan)
KUNCI PENDIDIKAN YANG BAIK
Berikut beberapa hal yang perlu dilakukan oleh orang-tua agar anaknya dapat berprestasi di sekolah.